Islam Luar Biasa : Selamat Datang Di Blog Kami


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Jumat, 25 Januari 2013


Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW - Maulid Nabi atau Maulud adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, dimana di Negara Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Kata maulid atau milad di ambil dari bahasa bahasa Arab yang artinya hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad. Seperti yang tercatat wikipedia; sejarah awal mula perayaan maulud nabi Muhammad SAW diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuan Maulud Nabi adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem dan sekitarnya.

Sejarah Awal Maulid Nabi
Pertama kali yang mengada-adakan hari-hari raya dan perayaan-perayaan secara umumnya Maulid-maulid secara khususnya adalah Ubaidiyyun, sebagaimana disebutkan oleh Al Maqrizi dalam kitabnya “ Al-Mawa’idz Wal I’tibar Bidzikril Khuthath Wal Aatsar “ secara nasnya:
(dahulu para khalifah Bani Fathimiyyun sepanjang tahunnya memiliki hari-hari raya dan musim-musim yaitu: musim permulaan tahun, hari Asyura, dan Maulid Nabi shallallahu alaihi wasallam, dan mauled Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu, dan mauled Hasan dan Husin radhiallahu anhuma, dan mauled Fathimah Az-Zahra radhiallahu anha, dan maulid khalifah Al hadhir, malam pertama Rajab, malam pertengahan Rajab, malam pertama Sya’ban, malam pertengahan Sya’ban, musim malam Ramadhan, awal Ramadhan, Pertengahan Ramadhan, akhir Ramadhan …)
Dan Al-Maqrizi menyebutkan sebagian yang dilakukan pada perayaan-perayaan dan hari-hari raya khususnya enam maulid. Syaikh Muhammad Bakhit Al-Muthi’ie Mantan Mufti Mesir menyebutkan dalam kitabnya: (Ahsanul Kalam Fiima Yata’allaqu bissunnah wal bid’ah minal Ahkam ): bahwa pertama kali yang mengada-adakan enam perayaan maulid tersebut yakni: Maulid Nabi shallallahu alaihi wasallam, maulid Ali, Fathimah, Hasan, Husain radhiallahu anhum, dan maulid Khalifah Al-Hadzir yaitu Al-Mu’izzu Lidinillah dan itu pada tahun 362 H. dan bahwa perayaan-perayaan ini berlangsung hingga dibatalkan oleh Al-Afdzal bin Amirul Jaisy setelah itu.

Siapakah Bani Ubaidiyyun ?
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam kitabnya “ Al-Bidayah Wannihayah”:
(Raja Bani Fathimiyyun telah berkuasa selama 280 tahun. Yang pertama berkuasa adalah Al-Mahdi yang merupakan orang yahudi, lalu masuk kenegeri Maroko dan menggunakan nama Ubaidillah, dan mengaku sebagai keturunan ‘Alawi Fathimiy, dan mengatakan tentang dirinya: bahwa dia Al-Mahdi, yang mana dakwaan pendusta ini didukung oleh orang-orang yang jahil, sehingga mereka memiliki Negara dan kekuatan, dan mendirikan sebuah kota yang diberi nama Al-Mahdiyah dinisbatkan kepadanya, dan dia menjadi raja yang ditaati.
Kemudian diteruskan oleh anaknya Al-Qoim Muhammad, kemudian anaknya Al-Manshur Ismail, kemudian anaknya Al-Mu’izzu Ma’din, dialah pertama dari mereka yang memasuki negeri Mesir, dan dibangun untuknya Kairo Al-Mu’izziyah dan istana-istana kemudian anaknya Al-Aziz Nazzar, kemudian anaknya Al-hakim Manshur, kemudian anaknya Ath-Thahir Ali, kemudian anaknya Al-Mushtansir Ma’din, kemudian anaknya Al-Musta’li Ahmad, kemudian anaknya Al-Amir Manshur, kemudian anak pamannya Al-Hafidz Abdul Majid, kemudian anaknya Adh-Dhafir Ismail, kemudian Al-Faiz Isa, kemudian anak pamannya Al-‘Adzid Abdullah, yang terakhir dari mereka, yang seluruhnya 14 raja selama 280 tahunan.
Dahulu Bani Fathimiyyun merupakan khalifah yang terkaya, terkejam dan paling dholim, yang paling bejat sejarahnya, muncul dimasa mereka kebid’ahan dan kemungkaran, dan banyak pelaku kerusakan sedikit disisi mereka orang-orang shalih dari para ulama dan ahli ibadah, dan banyak tersebar dinegeri syam agama Kristen, Durruziyah, dan Hasyisyiyah..).

Inilah sekilas dari sejarah mereka supaya mereka yang menghidupkan perayaan Maulid dan lainnya siapakah tauladan mereka dalam perkara ini sehingga mereka mengikuti petunjuk dan menyerupai mereka. Sehingga tidak masuk akal apabila para salafush sholih tidak mengenal hal ini lalu mereka mengikuti para Ubaidiyyun yang sesat !!

Sultan Irbil dan perayaan Maulid:
Dahulu di Mosul ada ahli zuhud yaitu Syaikh Umar bin Muhammad Al-Mulla (dahulu dia memiliki satu ruangan yang selalu didatanginya, dan setiap tahunnya dibulan Maulid ada undangan yang didatangi oleh para raja, pemerintah, para ulama, menteri dan mereka merayakan hal itu)
Abu Syamah berkata dalam kitabnya: “ Al-Ba’its ‘alaa inkaril Bida’I wal hawadits” ketika membahas tentang maulid nabi: (pertama kali yang melakukannya di Mosul Syaikh Umar bin Muhammad Al-Mulla seorang yang shalih yang masyhur yang diikuti kemudian oleh Sultan Irbil dan yang lain semoga Allah merahmati mereka).

Dan Sultan Irbil disini adalah Al-Mudzaffar Abu Sa’id Kukburi bin Zaidud diin Ali bin Tabaktakin Sultan Irbil yang wafat tahun (630 H) yang paling terkenal dalam merayakan Maulid Nabi secara berlebihan setelah Ubaidiyyun, dimana dia merayakannya dengan mewah sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam sejarahnya, beliau berkata: (berkata As Sabth: telah dihikayatkan oleh sebagian yang menghadiri perayaan Mudzaffar dalam maulid dimana dia menyajikan 5000 kepala bakar, 10000 ayam, dan 100000 susu kering, dan 30000 piring kue manis… dia berkata: diantara yang menghadirinya dalam pesta maulid para ulama, ahli sufi, dan memperdengarkan nyanyian sufi dari dhuhur hingga subuh dan dia ikut menari bersama mereka…).
Dari sini menjadi jelas bahwa perayaan maulid dan semacamnya termasuk kebid’ahan Ubaidiyyun, kemudian diikuti oleh para ahli zuhud dan raja, dan ikuti oleh orang awwam, sebagaimana kita tahu bahwa ini bertentangan dengan nas-nas syarie dan amalan para salafush shalih yang mulia.

Walaupun sebagaimana dikatakan bahwa peringatan ini diperbolehkan oleh sebagian ulama seperti Imam Subki, Suyuthi, atau Ibnu Hajar dan pernah dilakukan oleh Shalahuddin Al-Ayyubi, meskipun kita menghargai jasa para ulama besar tersebut bagi kejayaan islam dan kaum muslimin, namun ketika hal itu bertentangan dengan syariat, maka kita lebih mendahulukan kecintaan kepada Allah dan RasulNya shallallahu alaihi wasallam, apalagi diantara ulama yang sekaliber merekapun ada yang menolaknya, jadi kita menolak perayaan ini bukan dengan pendapat kita sendiri.

Seandainya hal tersebut adalah baik, maka pastilah para salafus sholih sudah melaksanakannya, karena mereka ada suri tauladan terbaik dalam kesungguhan melaksanakan ajaran yang baik karena Allah Ta’alaa berfirman yang artinya:
“Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: “Kalau Sekiranya di (Al Quran) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului Kami (beriman) kepadanya”. [ Al-Ahqaf: 11].

Ibnu Katsir dalam menafisrkan ayat ini berkata: adapun Ahli Sunah Wal Jamaah mereka mengatakan tentang setiap perbuatan atau perkataan yang tidak penah dipastikan dari para sahabat: adalah bid’ah karena seandainya hal itu baik tentulah mereka telah mendahului kita dalam hal itu mereka tidak pernah meninggalkan satu perbuatan baik pun kecuali mereka segera mengamalkannya. Tafsir Ibnu Katsir juz 7 hal 278.

sumber: http://awalmula.com/sejarah-awal-mula-maulud-nabi-muhammad-saw.html

SEJARAH MAULID NABI MUHAMMAD SAW

Comment : 0 Comment

Selasa, 22 Januari 2013

Assalammualaikum wr.wb. :)
Kenalin ini blog kami , baru dibuat sih tapi udah lumayan kok postnya hehe :D

Oke disini saya mau ngenalin siapa siapa aja sih yang jalanin blog ini , langsung aja ya :D

Yang pertama ada nih kawan saya , yaa dia adminnya blog ini .Dia yang buat blog ini sekaligus ngeditnya deh hehe , namanya Shiddiq Rija Syafendra atau yang sering dipanggil Shiddiq . Anaknya baik , gak sombong , setia kawan juga dan yang paling saya salut dia setia banget antar jemput temennya :D . Dia juga jago kalo urusan komputer , dan pengen banget jadi programmer , sesuai dengan bio twitternya "want to programmer" kalo kagak salah wkwkw :D

  
nah ini dia fotonya shiddiq :D


Yang kedua kawan saya yang paling tinggi badannya , namanya Eko Irdawanto . Panggilannya Eko atau Eka . Jabatan dia diblog ini sama kayak saya , cuma jadi penulis *Ngenes bener dah huhu* . Tapi tulisan tulisan kami berbobot kan :P . Eko ini anaknya pinter , apalagi kimia . Dia punya restoran Lele kalo kata anak anak kelas *piss ko :D .


                                    
liat nih foto eko , gak kalah keren kan ama shiddiq :D



Oke yang terakhir ini baru saya , Kenalin nama saya Nurfahrizal Angga Saputra *buset panjang amat -_- wkwk , Kalian bisa manggil saya Angga , Saya sih orangnya biasa aja gak ada yang istimewa :)
Saya punya cita cita punya warnet yang banyak gamenya , maklum aja Gamers Banget :D

 
ini saya :D    

Agak aneh ya fotonya , maklum gak hobi foto soalnya hehe .

Umm dari tadi ngenalin diri , hampir aja lupa ngenalin blog ini sendiri .Blog ini kami buat awalnya cuma buat lomba sih tapi InsyaAllah bakal jalan terus sesudah lomba :)

sekian deh dari saya mohon maaf kalo blog ini kurang bagus soalnya masih belajar juga . mohon maaf juga apabila dalam pengenalan ini banyak kata kata yang salah , karena kesalahan milik saya dan kelebihan hanya milik Allah S.W.T.

Assalammualaikum warahmatullahhi wabarakatu :)

Tentang kami

Comment : 0 Comment

Kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan. Siapakah yang pantas disebut sebagai seorang ibu? Apakah, hanya sosok wanita yang pernah melahirkan kita saja? Adakah wanita yang mengasihi seorang anak sedemikian rupa, meskipun bukan anaknya sendiri?

Untuk merenung lebih jauh tentang sebuah cinta kasih, Saya teringat penggalan kalimat dari sebuah syair lagu yang diciptakan oleh grup musik ternama “DEWA” aku mencintaimu, lebih dari yang kau tahu.
Syair ini begitu luar biasa. Mencintai seseorang lebih dari yang diketahuinya. Rasanya begitu pas dan sekali bagi seorang ibu, yang tidak pernah menghitung-hitung ‘jasa’ demi anak-anaknya…!
Pagi itu, setelah saya selesai memberi Ceramah Dhuha di salah satu Masjid yang cukup megah di kota Lumajang Jawa Timur, saya diantar teman-teman panitia menuju terminal Bus. Selanjutnya, saya naik angkutan umum Bus Antar Kota untuk kembali pulang ke kota tempat tinggal saya.
Ketika Bus yang saya naiki sampai di kota Probolinggo, bus berhenti di terminal beberapa menit. Kemudian berangkat lagi menuju kota Malang dengan melalui beberapa kota.
Ada hal menarik bagi saya ketika bus berhenti di terminal Probolinggo yang hanya beberapa saat itu. Yang pertama, saya iseng-iseng menghitung jumlah penjaja makanan yang naik ke dalam bus, ketika bus berhenti. Saya hitung ada sebanyak dua puluh delapan orang dengan membawa berbagai macam barang dagangan. Mulai dari minuman air mineral, makanan bungkus, kue-kue, topi, majalah, mainan anak-anak, rokok, sampai dengan barang-barang souvenir khas daerah.
Semua dijajakan dengan ekspresi masing-masing. Dan tentu saja yang tidak ketinggalan adalah para anak-anak muda pengamen jalanan. Mereka menunjukkan kebolehannya dalam ‘berolah vokal’ melantunkan lagu-lagunya.
Nah, di tengah-tengah riuh rendahnya suara berbagai macam orang dengan aktifitasnya masing-masing itulah saya memperhatikan sebuah ekspresi yang cukup menarik dari beberapa wajah.
Di kursi seberang di sebelah kanan saya, ada seorang ibu muda menggendong anaknya, berumur sekitar tiga tahun. Raut wajah anak itu gelisah. Rupanya ia merasa gerah, haus dan lapar. Bahkan, akhirnya ia menangis meskipun tidak mengeluarkan suara keras.
Sang ibu mengerti apa yang terjadi dengan anaknya. Tetapi ia tidak juga beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil suatu keputusan, misalnya membelikan makanan atau minuman.
Setelah agak lama, akhirnya saya lihat ibu tersebut mengeluarkan uang dari balik bajunya, sebesar lima ribu rupiah. Uang itu digenggamnya erat-erat. Mungkin supaya tidak lepas atau tidak hilang di tengah berjubelnya para penumpang dan penjaja makanan yang sangat padat.
‘Adegan’ berikutnya adalah, dengan penuh keragu-raguan ibu tersebut memanggil penjual nasi bungkus yang sedang berdiri di dekat saya. Seorang ibu setengah baya. Ibu itu bertanya kepada penjual nasi bungkus. Berapa harga satu bungkus makanan yang dijajakannya itu.
Si penjual nasi bungkus menjawab dengan logat daerah yang sangat kental. Ia mengatakan harganya Rp.2.500,- per bungkus. Saya tidak mengetahui secara pasti apa yang terpikir dalam benak sang ibu pembeli tersebut. Dengan penuh keraguan, bercampur rasa khawatir ia menawar nasi tersebut dengan harga Rp.1.500,-/ bungkus.
Saya terus mengikuti dengan seksama ‘adegan’ menarik yang terjadi di hadapan saya itu. Saya berfikir tentu sang ibu penjual tidak akan memberikan barang dagangannya, sebab rasanya tidak mungkin nasi satu bungkus dihargai hanya seribu lima ratus rupiah.
Benar dugaan saya. Si penjual tidak memberikannya. Ketika si penjual nasi mau beranjak ke kursi lain, ibu penjual tersebut tanpa sengaja menatap wajah si anak kecil yang sedang gelisah di pangkuan ibunya.
Hanya selang beberapa detik, sang ibu penjual nasi seperti terkena ‘hipnotis’ oleh wajah sedih yang haus dan lapar dari anak kecil tersebut. Akhirnya ibu penjual pun membalikkan tubuhnya menghadap ke ibu yang menggendong anaknya itu. Dan dengan penuh rasa iba ia relakan nasi bungkusnya dibeli dengan harga Rp.1.500,-
Saya fikir kejadian itu sudah selesai. Dan sudah berakhir sampai disitu saja. Ternyata perkiraan saya salah. Karena kejadian itu terus berlanjut dengan ‘episode-episode’ yang lebih menarik lagi…
Berikutnya saya lihat ibu pembeli, memberikan lembaran uang kertas sebesar lima ribu rupiah yang rupanya uang itu merupakan satu-satunya uang yang ia miliki saat itu. Karena harga nasi bungkus Rp.1500,- berarti si penjual harus mengembalikan uang sebesar Rp.3.500,- kepada si pembeli.
Apa yang terjadi berikutnya? Ternyata ibu penjual nasi bungkus tidak memiliki uang kembalian, sebab saat itu barang dagangannya belum laku sama sekali. Maka si penjual nasi bungkus pun berupaya untuk menukarkan uang lima ribuan tersebut kepada para pedagang lainnya yang ada di sekitarnya.
Beberapa kali ia mencoba menukarkan uang tersebut kepada para pedagang disekitarnya, tapi tidak satupun yang mau menukar uang tersebut. Sampai-sampai penjual nasi bungkus itu menjadi kebingungan, sebab bus beberapa saat lagi akan berangkat.
Agak lama si penjual kebingungan. Dan rupanya bus sudah mau berangkat. Saat itu, datang seorang ibu penjual onde-onde yang sudah agak tua. Saya lihat Ibu penjual nasi bungkus melakukan pembicaraan singkat dengan ibu penjual onde-onde dengan logat bahasa daerah yang sangat kental sambil menunjuk kepada anak kecil yang ada di pangkuan ibunya.
Saya lihat ibu penjual onde-onde itu langsung mencari uang yang terselip di bawah barang dagangannya. Dan iapun menukar uang lima ribuan tadi dengan uangnya. Sehingga ibu penjual nasi bungkus tersebut akhirnya bisa memberikan uang kembalian kepada ibu pembeli nasi yang masih memangku anaknya.
Dari kejadian singkat itu, saya mendapat satu pengalaman yang menarik dan berharga. Sebuah kejadian dari sekian ratus kejadian serupa di tempat-tempat lain. Yang mungkin tidak sempat terperhatikan. Point apa yang bisa kita ambil dari kejadian sederhana itu?
Bahwa perasaan cinta kasih seorang ibu, senantiasa bisa ‘menembus batas’ kesulitan yang dialaminya.
Mari kita lihat kesulitan apa yang dialami oleh masing-masing ibu tersebut.
Ibu muda (pembeli) yang uangnya tinggal lima ribu rupiah.
Duit satu lembar lima ribu rupiah itu rupanya akan dipakai untuk keperluan lain yang sudah direncanakannya. Mungkin saja untuk transport setelah turun dari bus.Tetapi karena anaknya lapar, maka iapun merasa kesulitan untuk mengambil keputusan. Apabila uang itu dipakai untuk membeli nasi seharga dua ribu lima ratus, berarti sisa uang tinggal dua ribu lima ratus rupiah saja yang mungkin tidak cukup untuk keperluan lainnya. Tetapi akhirnya toh, ia lakukan juga membeli nasi bungkus demi anaknya yang sedang kelaparan. Ia `nekat’ membeli nasi bungkus dengan menawar pada harga yang bukan pada tempatnya, demi anaknya! Meskipun dengan perasaan agak malu, terpaksa juga ia lakukan. Hal itu dilaksanakan demi kasih sayangnya kepada buah hatinya.
Ibu setengah baya, penjual nasi bungkus.
Ia mau dan mampu menjual barang dagangannya dibawah harga normal, yang mungkin akan menyebabkan ia rugi. Hal itu bisa ia lakukan setelah ia melihat sorot mata iba dari sang anak yang sedang kelaparan. Mungkin saja, ia teringat kepada anaknya yang ada di rumah, yang suatu saat mungkin juga akan mengalami peristiwa semacam itu
Ibu tua, penjual onde-onde
Ia mau menukar uang penjual nasi bungkus, setelah ia juga ikut menyaksikan / merasakan kegelisahan sang anak. Meskipun dagangannya tidak ikut laku, iapun rela repot mencarikan uang untuk menukar uang si penjual nasi. Padahal bus sudah mau berjalan, tetapi ia tetap berkeinginan untuk menolong orang lain.
Kalau kita perhatikan, kejadian itu cukup singkat. Tetapi ada suatu nilai yang tersembunyi di dalamnya. Peristiwa kecil itu bagaikan drama singkat satu babak, yang diperankan oleh tiga orang ibu dengan usia yang berbeda.
  1. Ibu muda pembeli nasi bungkus
  2. Ibu setengah baya penjual nasi bungkus
  3. Ibu tua si penjual onde-onde
Semuanya mempunyai ‘kasus’ yang sama. Mereka asalnya merasa keberatan dan kesulitan untuk mengambil jalan keluar dari sebuah persoalan.Tetapi pada akhirnya semuanya mau berbuat sesuatu untuk menolong sang anak, yaitu setelah mereka memahami dan ikut merasakah perasaan sang anak yang sedang gelisah karena haus dan lapar…
Ibu pembeli rela duitnya berkurang, demi anak, Ibu penjual nasi bungkus rela rugi, demi anak, Ibu penjual onde-onde rela repot, demi anak.
Seorang ibu…,
dimanapun, kapanpun, dan kemanapun ia akan selalu memiliki kasih sayang. Lebih-lebih kepada seorang anak yang membutuhkan bantuannya. Seseorang disebut sebagai ibu, bukan sekedar karena ia pernah melahirkan anak, tetapi karena ia memiliki kasih sayang kepada setiap insan. Apakah kepada anak kandungnya sendiri, ataukah kepada anak orang lain. Tiga orang ibu di dalam bus tersebut telah membuktikan kepada kita semua, bahwa benar “…kasih ibu adalah sepanjang jalan…”
Pernahkah kita mencoba membaca keadaan ibunda kita masing-masing ?
Mungkin saja, banyak sekali peristiwa-peristiwa kecil semacam itu yang terjadi pada ibu kita masing-masing pada zamannya dahulu. Hanya saja kita tidak mengetahuinya atau tidak mendapatkan informasinya. Tetapi yakinlah bahwa ibu kita bisa membesarkan diri kita sampai dengan kita dewasa ini tentu melalui berbagai macam peristiwa ‘luar biasa’ yang pahit dan manisnya menjadi kenangan tersendiri bagi mereka…
Pernahkah suatu malam, kita melewati pasar subuh? Betapa banyaknya para ibu penjual sayuran atau sejenisnya, yang tertidur menunggu pembeli sambil mendekap anaknya yang masih balita. Sang ibu rela tidak menggunakan kain sarungnya untuk menutupi tubuhnya yang kedinginan, sebab kain itu ia selimutkan kepada buah hatinya yang tertidur lelap di dekatnya…
Pernakah kita mengingat kembali, peristiwa-peristiwa sepele ketika kita masih sebagai anak-anak dahulu?
Ingatkah kita ketika ibu kita mengupas buah mangga, bagian yang manis ia berikan kepada anak-anaknya, sementara bagian yang masam untuknya? Bahkan beliau makan bagian yang masam itu sambil tertawa lucu dan bahagia ?
Atau ingatkah kita dengan peristiwa-peristiwa senada itu, dimana sang ibunda kita melakukamsesuatu yang lebih mengutamakan kepentingan anaknya daripada kepentingan dirinya sendiri? Subhaanallah
“…Ya Allah, ampunilah dan maafkan dosa dan kesalahan ibu kami, sayangilah ia sebagaimana ia menyayangi kami ketika kami masih kecil”

Kasih Ibu di dalam Bus

Comment : 0 Comment

Bicara tentang kesabaran penulis teringat pada sebuah cerita yang sering di dengar dalam beberapa pengajian atau ceramah sejak kecil. Cerita ini diambil dari sebuah hadits nabi yang shoheh, berbicara mengenai kesabaran seorang perempuan yang hidup di zaman nabi bernama Ummu Sulaim. Konon di zaman itu, hidup suami istri dalam keluarga yang bahagia. Sang suami bernama Abu Thalhah, sementara sang istri bernama Ummu Sulaim. Keluarga ini baru saja dikaruniani satu orang anak yang bernama Abu Umair. Ibu dan bapak mana yang tidak sayang dan cinta pada anak satu-satunya. Abu Thalhah bekerja sebagai pedagang yang selalu pulang larut malam. Saat bekerja, ia selalu mengenang anaknya. Kalau dilihat ada makanan atau mainan, pasti ia membeli untuk anak tercintanya itu. Suatu sore hari ketika sang suami masih bekerja, Abu Umair terkena sakit panas didampingi oleh sang ibu. Sakit panas yang dialaminya, mengakibatkan sore itu Abu Umair meninggal dunia. Ibu mana yang tidak shock saat anak yang masih lucu bermain, tiba-tiba meninggal dunia di hadapannya. Pasti secara naluri ia akan tak sadarkan diri dan menangis histeris. Namun, saat Ummu Sulaim menyaksikan anaknya meninggal, ucapan yang keluar dari mulutnya ialah, “Inna lillahi wainna ilaihi roojiun” Bergegas Ummu Sulaim memandikan, mengkafani, menutupkan pakaian serta merebahkan jenazah anaknya di kamar tidur. Lantas ia mengatakan pada tetangga terdekatnya, “Jangan ada yang memberitahu kejadian ini ke suamiku, kecuali aku sendiri yang akan menyampaikannya”. Menjelang kepulangan sang suami di waktu Isya, Ummu Sulaim memasak makanan yang enak dan spesial untuk suaminya. Diapun mandi, berdandan dan memakai wangi-wangian seperti tidak terjadi apa-apa di rumah itu. Saat sang suami datang mengetuk pintu rumah dengan ucapan Assalamu’alaikum, sang istri menyambut dan membukakan pintu rumah. Setelah pintu terbuka, suami bertanya, “Di mana anak kita?”. Dengan tegar dan penuh kesabaran Ummu Sulaim pun menjawab, “Abu Ummair sudah tidur, biarkan ia tidur dengan tenang dan besok kita akan ketemu dengannya“. Lalu makanlah mereka berdua dilanjutkan dengan sholat isya dan tidur bersama sebagai suami istri. Keesokan hari, Ummu Sulaim bertanya kepada sang suami, “Wahai suamiku, seandainya kita meminjam alat dapur tetangga, bagaimana kalau alat itu sekarang diminta pemiliknya?”, Sang suami menjawab,”Sampaikan salam kepadanya dan ucapkan terima kasih atas kebaikannya”. Lalu sang istri melanjutkan pertanyaannya,”Wahai suamiku, bagaimana kalau seandainya pinjaman itu dari Alloh, dan kemarin sore sudah diminta olehNya?, Anak kesayangan kita Abu Umair kemarin sore telah meninggal diambil oleh Alloh SWT. Aku sudah memandikan dan mengkafaninya, sekarang ia ada di kamar itu”. Mendengar ucapan istrinya itu, Abu Thalhah marah dan kemudian berangkat ke rosululloh menceritakan kejadian yang baru dialaminya itu. Lalu bagaimana respon nabi? Ternyata nabi mendoakan dia dan istrinya, “Semoga Alloh memberkahi malam kamu berdua seperti layaknya pengantin baru“. Berkat do’a nabi itu, beberapa waktu kemudian suami istri ini melahirlah anak berjumlah 9 orang, adik-adik dari Abu Umair, dan semuanya hafal al-Quran. Begitulah cerita tauladan tentang kesabaran atas musibah yang diterima dengan keikhlasan karena Alloh SWT, dan Alloh SWT yang akan memberi pahalanya. (Dikutip dari Pengajian hari Sabtu, 8 Agustus 2009, Mesjid Darussalam Kota Wisata, Narasumber Ust. Drs. H. Aseph Aonuddin M.Si)

Cerita Tentang Kesabaran sabar

Comment : 0 Comment

Minggu, 20 Januari 2013

Cinta memang fitrah manusia yang memang sudah seharusnya dipunyai oleh setiap orang. Kebanyakan anak muda salah menerjemahkan cinta hanya kepada lawan jenis yang sebayanya saja atau mungkin dapat diartikan dorongan seksual yang membuatnya cinta kepada lawan jenis. Tapi mereka lupa karena cinta tak hanya kepada lawan jenis karena terdorong seksual, cinta pun menaungi keluarga. Cinta kepada orang tua, kakak, adik dan sebagainya.
Lalu muncul pertanyaan, bolehkah pacaran dalam Islam? Sudah banyak hadis yang diriwayatkan untuk membahas ini dan banyak pula buku-buku diterbitkan hanya untuk membahas pacaran dalam Islam. Lalu bagaimana? Apakah boleh pacaran dalam Islam?

Pacaran Dalam Islam? Memang Boleh!

Jika kita tilik dari segi bahasa, darimana sih kata ‘pacaran’? Ternyata akan kita dapati kata tersebut berasal dari bahasa Jawa yang kata dasarnya ‘pacar’. Pacar adalah suatu jenis bunga berwarna tertentu yang biasanya dipakai/dihancurkan untuk mewarnai kuku pada wanita yang sedang menikah untuk menyambut suaminya pada malam pertamanya. Tapi kita tidak akan membahas ‘pacaran’yang ini. 

Dan pacaran yang kita dapati saat ini adalah bermakna memadu cinta dari lawan jenis, saling mengasihi, saling mencintai, saling menyayangi dan melakukan kegiatan layaknya orang yang saling mencinta, seperti gandengan tangan, berdua-duaan. Bagaimana hukum pacaran dalam Islam? Ya, sesuai dengan judul artikel ini : memang boleh! tapi dengan syarat, yaitu dengan dihalalkan terlebih dahulu hubungan mereka dengan cara pernikahan. Pacaran dalam Islam itu sangat dianjurkan terutama setelah halal. Hukum pacaran dalam Islam akan menjadi haram apabila dilakukan sebelum menikah. Sesuai dengan beberapa hadis :

“Artinya : Dan janganlah kamu mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu adalah faahisah (perbuatan yang keji) dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh oleh seseorang)” [Al-Israa : 32]

Barangsiapa yang percaya kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia berdua-duaan dengan perempuan yang tidak ada bersamanya seorang muhrimnya karena yang ketiganya di waktu itu adalah setan.”

“Seseorang ditusuk kepalanya dengan jarum besi lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Ar-Ruyani di dalam kitab Musnad-nya (227/2)
 
Nah, sekedar berdua-duaan saja atau menyentuh saja tidak boleh, apalagi pacaran sebeulum halalnya? Bisa jadi muncul sebuah pertanyaan, saya sudah cinta banget, gimana nih? Itu simpel saja, yaitu halal kan hubungan dengan menikah. Apa yang menahanmu dari sunah rasulallah yang sangat disarankan ini. Soal rezeki? Menyikapi soal rezeki yang dirasa tidak cukup untuk kehidupan rumah tangga ini, Ippho Santosa memberikan perumpamaan “Hidup sendiri-sendiri saja cukup rezekinya, bagaimana jika dua rezeki digabungkan(menikah)? tentu akan lebih besar kan? menikah itu meluaskan rezeki” begitu kira-kira tutur Ippho Santosa. Menikah itu berpahala. Dan yakinlah yang menyediakan rezeki itu bukan manusia tapi Allah SWT.

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan mengkayakan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui.”
(QS. An Nuur (24) : 32)

Begitulah penjelasan pacaran dalam islam yang mulia. yang dimaksud pacaran dalam islam atau pacaran islami adalah pacaran tapi setelah menikah. 
semoga bermanfaat.

Hukum Pacaran Dalam Islam ? Boleh Kok !

Comment : 0 Comment

Jika kita menyaksikan kondisi mayoritas ummat Islam saat ini, maka terlihat bahwa sebagian besar ummat berada pada keadaan yang sangat memprihatinkan, mereka bagaikan buih terbawa banjir, tak memiliki bobot & tak memiliki nilai. Jika dilakukan analisis secara mendalam dari sudut pandang agama, maka akan terlihat bahwa realitas ummat yang demikian disebabkan oleh hal-hal sbb:• Penyakit ummat Islam saat ini (baik di Indonesia maupun di berbagai negara Islam) berpangkal pada sikap infirodiyyah (individualisme). Maksudnya adalah bahwa mayoritas ummat Islam saat ini bekerja sendiri-sendiri & sibuk dgn masalahnya masing-masing tanpa berusaha utk menggalang persatuan & membuat suatu bargaining position demi kepentingan ummat. Para ulama & muballigh sibuk bertabligh, para pengusaha muslim sibuk dgn usahanya & para pejabatnya sibuk mempertahankan jabatannya, tak ada koordinasi & spesialisasi utk bekerja sesuai dgn bidangnya kemudian hasilnya dimusyawarahkan utk kepentingan bersama. Demikian pula di tingkat ORMAS & ORPOL, masing-masing bekerja sendiri tak ada kerjasama satu dgn lainnya. Hal inilah yang menyebabkan jurang pemisah antara masing-masing kelompok semakin besar.

• Secara kejiwaan beberapa penyakit yang memperparah kondisi ummat Islam saat ini diantaranya adalah:

1. Emosional, artinya bahwa ikatan keislaman mayoritas ummat saat ini baru pada ikatan emosional saja, belum disertai dgn kefahaman yang mendalam akan ajaran agamanya. Sehingga disiplin utk bekerja, semangat utk berdakwah, gairah berinfak, dsb baru pada taraf emosional, bersifat reaktif & sesaat saja (QS 22/11).

2. Orientasi kultus. Dalam pelaksanaan ibadah ritual, menjalankan pola hidup sampai dgn mensikapi berbagai peristiwa kontemporer, mayoritas masyarakat muslim tak berpegang kepada dasar (dhawabith) kaidah-kaidah Islam yang jelas, karena pengetahuan keislaman yang pas-pasan, sehingga lebih memandang kepada pendapat berbagai tokoh yang dikultuskan. Celakanya para tokoh tersebut kebanyakan dikultuskan oleh berbagai lembaga yang tak memiliki kompetensi sama sekali dlm bidang agama, seperti media massa, sehingga bermunculanlah para ulama selebriti yang berfatwa tanpa ilmu, sehingga sesat & menyesatkan.

3. Sok pintar. Sifat kejiwaan lain yang menonjol pada mayoritas kaum muslimin saat ini adalah merasa sok pintar dlm hal agama. Jika dlm bidang kedokteran misalnya, mereka sangat menghargai spesialisasi profesi, sehingga yang memiliki otoritas utk berbicara masalah penyakit adalah dokter, demikian seterusnya kaidah ini berlaku utk bidang-bidang lainnya, kecuali bidang agama. Dalam bidang agama, dgn berbekal pengetahuan Islam yang ala kadarnya setiap orang sudah merasa cukup & merasa tak perlu belajar lagi utk berani berbicara, berpendirian, bahkan berfatwa. Seolah-olah agama tak memiliki kaidah-kaidah & hukum-hukum yang perlu dipelajari & dikuasai sehingga seorang layak berbicara dgn mengatasnamakan Islam.

4. Meremehkan yang lain. Sifat lain yang muncul sebagai kelanjutan dari rasa sok pintar diatas adalah meremehkan pendapat orang lain. Dengan ringannya seorang yang baru belajar agama di sebuah universitas di Barat berani menyatakan bahwa jilbab adalah sekedar simbol saja bukan suatu kewajiban syar’i, yang dgn “fatwa-prematurnya” ini ia telah berani menafsirkan tanpa kaidah atas ayat al-Qur’an, menta’wil secara bathil hadits-hadits shahih serta membuang sirah nabawiyyah (perjalanan kehidupan Nabi SAW & para sahabatnya) & ijma’ (kesepakatan) fatwa para ulama sedunia, baik salaf (terdahulu) maupun khalaf (kontemporer).


• Adapun secara aktifitas (amaliyyah) beberapa penyakit yang menimpa mayoritas ummat Islam saat ini diantaranya adalah :

1. Sembrono. Dalam aspek aktifitas, maka mayoritas ummat melakukan kegiatan dakwah secara sembrono, tanpa perencanaan & perhitungan yang matang sebagaimana yang mereka lakukan jika mereka mengelola suatu usaha. Akibat aktifitas yang asal jadi ini, maka dampak dari dakwah tersebut kurang atau tak terasa bagi ummat. Kegiatan tabligh, ceramah, perayaan hari-hari besar agama yang dilakukan hanya sekedar menyampaikan, tanpa ada follow up & reevaluasi terhadap hasilnya. Khutbah jum’at hanya sekedar melaksanakan rutinitas tanpa dilakukan pembuatan silabi yang berbobot sehingga jama’ah sebagian besar datang utk tidur daripada mendengarkan isi khutbah. Kegiatan membaca al-Qur’an hanya terbatas kepada menikmati keindahan suara pembacanya, tanpa diiringi dgn keinginan utk menikmati & merenungkan isinya, sehingga disamakan dgn menikmati lagu-lagu & nyanyian belaka.

2. Parsial. Dalam melaksanakan Islam, mayoritas ummat tak berusaha utk mengamalkan keseluruhan kandungan al-Qur’an & as-Sunnah, melainkan lebih memilih kepada bagian-bagian yang sesuai dgn keinginannya & menghindari hal-hal yang tak sesuai dgn hawa nafsunya (QS 2/85). Sehingga seorang sudah dipandang sebagai muslim sejati, hanya dgn indikator melakukan shalat atau puasa saja. Padahal shalat hanya bagian yang sangat kecil saja yang menjadi kewajiban seorang muslim, disamping aturan-aturan lain yang juga wajib dilaksanakan oleh seorang muslim dlm berekonomi, politik, pergaulan, pola pikir, cita-cita, bekerja, dsb. Yang kesemuanya tanpa kecuali akan diminta pertanggungjawaban kita di akhirat kelak (QS 2/208).

3. Tradisional. Islam yang dilaksanakan masih bersifat tradisional, baik dari sisi sarana maupun muatannya. Dari sisi sarana, kaum muslimin belum mampu menggunakan media-media modern secara efektif utk kepentingan dakwah, seperti ceramah dgn simulasi komputer, VCD film-film yang islami, iklan-iklan yang sesuai dgn nilai-nilai Islam, kebanyakan masih mengandalkan kepada cara tradisional seperti ceramah di mesjid, musholla & di lapangan. Sementara dari sisi muatannya, maka isi ceramah yang disampaikan kebanyakan masih bersifat fiqih oriented; masalah-masalah aqidah, ekonomi yang islami, sistem politik yang islami, apalagi masalah-masalah dunia Islam kontemporer sama sekali belum banyak disentuh.

4. Tambal-sulam. Dalam menyelesaikan berbagai persoalan ummat, pendekatan yang dilakukan bersifat tambal sulam & sama sekali tak menyentuh esensi permasalahan yang sebenarnya. Sebagai contoh, mewabahnya AIDS cara mengatasinya sama sekali bertentangan dgn Islam, yaitu dgn membagi-bagi kondom. Seolah-olah lupa atau sengaja melupakan bahwa pangkal sebab dari AIDS adalah melakukan hubungan seks tak dgn pasangan yang sah. Dan cara menanggulanginya adalah dgn memperbaiki muatan pendidikan agama yang diajarkan dari sejak sekolah menengah sampai perguruan tinggi. Demikian pula masalah2 lainnya seperti tawuran pelajar, meningkatnya angka kriminalitas, penyalahgunaan Narkoba, menjamurnya KKN ; kesemuanya berpangkal pada satu sebab yaitu lemahnya pemahaman & kepedulian pemerintah dlm mengajarkan & menerapkan aturan-aturan Islam.

sumber: www.al-ikhwan.net Pengusaha Muslim, Negara Islam,

Peranan Pemuda dalam Islam

Comment : 0 Comment
Budaya Arab adalah salah satu budaya paling kuno yang hingga saat ini masih ada di dunia. Negara-negara Arab yang terletak di Afrika Utara sampai Asia Barat adalah tempat di mana budaya ini dipraktekkan. Seni, makanan, sastra, bahasa, arsitektur, spiritualitas, dan filsafat dari dunia Arab menunjukkan kekayaan budaya Arab. Budaya tua ini adalah versi reformasi dari kelompok manusia paling beradab yang berasal dari Irak, tanah di mana kegiatan pertanian pertama kali dikenalkan.
Bahasa:
Bahasa Arab adalah bahasa keenam yang digunakan di negara-negara Arab dan meskipun bahasa yang sama digunakan di seluruh wilayahnya, dialek bahasa ini berbeda-beda di masing-masing negara. Karena semua dokumen Islam dan kitab suci Quran ditulis dalam bahasa ini, bahasa Arab ini juga digunakan secara luas di seluruh dunia Muslim. Bahasa ini adalah bagian dari warisan budaya di negara-negara Arab dan juga dunia Muslim.
Sastra arab:
Sastra arab adalah gaya tulisan ekspresi orang Arab yang sopan dan lembut. Kecenderungan sastra Arab saat ini pada dasarnya muncul pada abad ke-enam dan sebelum itu, tidak banyak sastra tulis yang bisa ditemukan di tanah Arab. Kitab suci Quran dari abad ke-tujuh memiliki efek terbesar terhadap seluruh sastra Arab dan juga budaya Arab. Salah satu bagian sastra yang paling terkenal adalah “Kisah 1001 Malam” yang kemudian menyatakan ketenaran Arab. Ada banyak penyair dan novelis Arab yang sangat terkenal dalam dunia sastra karena kekuatan tulisan dan imajinasi yang kreatif.
Bagian sastra Arab lain yang juga terkenal adalah Mu’allaqat (المعلقات) yang pada dasarnya adalah nama dari sebuah seri qasida (puisi dalam bahasa Arab) yang ditulis sebelum masa Islam. Kata Mu’allaqat pada dasarnya mengacu pada ‘menggantung puisi’ dan nama ini diambil karena puisi-puisi ini digantung di dinding kakbah di Makkah, tempat yang sangat dihormati oleh orang Islam dan banyak agama lain di dunia Arab.
Saat ini, bentuk budaya di dunia Arab sangat dipengaruhi oleh Islam, dan pada dasarnya budaya Arab mencerminkan budaya dari seluruh Muslim di dunia. Gaya hidup yang dijelaskan dalam kitab suci Quran dan hukum-hukum lain yang ditetapkan Islam mengatur pembentukan budaya dan gaya hidup orang Arab di seluruh negara Arab. Karenanya, alkohol dan hiburan yang memanfaatkan perempuan sangat dilarang dalam Islam, praktek-praktek ini tidak diijinkan di budaya Arab masa kontemporer. Meskipun waita Arab diperbolehkan untuk belajar dan mendidik diri mereka sendiri, di beberapa negara Arab di mana Islam dipatuhi secara ketat, wanita tidak bebas bergerak tanpa ditemani oleh laki-laki.
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa negara Arab khususnya Qatar dan Uni Emirat Arab menjadi titik komunikasi antara Barat, Timur, dan negara-negara Arab, budaya telah mengambil arah yang beragam. Bagaimana pun, Islam tetaplah inti dari semua budaya Arab, semakin menambah sikap sopan namun tegas kepada gaya hidup Arab.

Sumber : http://rohis-smk4.blogspot.com/2012/10/kekayaan-budaya-arab-dan-komponennya.html

Kekayaan Budaya Arab dan Komponennya

Comment : 0 Comment