Islam Luar Biasa : Selamat Datang Di Blog Kami


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Minggu, 20 Januari 2013

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Peranan Pemuda dalam Islam


Jika kita menyaksikan kondisi mayoritas ummat Islam saat ini, maka terlihat bahwa sebagian besar ummat berada pada keadaan yang sangat memprihatinkan, mereka bagaikan buih terbawa banjir, tak memiliki bobot & tak memiliki nilai. Jika dilakukan analisis secara mendalam dari sudut pandang agama, maka akan terlihat bahwa realitas ummat yang demikian disebabkan oleh hal-hal sbb:• Penyakit ummat Islam saat ini (baik di Indonesia maupun di berbagai negara Islam) berpangkal pada sikap infirodiyyah (individualisme). Maksudnya adalah bahwa mayoritas ummat Islam saat ini bekerja sendiri-sendiri & sibuk dgn masalahnya masing-masing tanpa berusaha utk menggalang persatuan & membuat suatu bargaining position demi kepentingan ummat. Para ulama & muballigh sibuk bertabligh, para pengusaha muslim sibuk dgn usahanya & para pejabatnya sibuk mempertahankan jabatannya, tak ada koordinasi & spesialisasi utk bekerja sesuai dgn bidangnya kemudian hasilnya dimusyawarahkan utk kepentingan bersama. Demikian pula di tingkat ORMAS & ORPOL, masing-masing bekerja sendiri tak ada kerjasama satu dgn lainnya. Hal inilah yang menyebabkan jurang pemisah antara masing-masing kelompok semakin besar.

• Secara kejiwaan beberapa penyakit yang memperparah kondisi ummat Islam saat ini diantaranya adalah:

1. Emosional, artinya bahwa ikatan keislaman mayoritas ummat saat ini baru pada ikatan emosional saja, belum disertai dgn kefahaman yang mendalam akan ajaran agamanya. Sehingga disiplin utk bekerja, semangat utk berdakwah, gairah berinfak, dsb baru pada taraf emosional, bersifat reaktif & sesaat saja (QS 22/11).

2. Orientasi kultus. Dalam pelaksanaan ibadah ritual, menjalankan pola hidup sampai dgn mensikapi berbagai peristiwa kontemporer, mayoritas masyarakat muslim tak berpegang kepada dasar (dhawabith) kaidah-kaidah Islam yang jelas, karena pengetahuan keislaman yang pas-pasan, sehingga lebih memandang kepada pendapat berbagai tokoh yang dikultuskan. Celakanya para tokoh tersebut kebanyakan dikultuskan oleh berbagai lembaga yang tak memiliki kompetensi sama sekali dlm bidang agama, seperti media massa, sehingga bermunculanlah para ulama selebriti yang berfatwa tanpa ilmu, sehingga sesat & menyesatkan.

3. Sok pintar. Sifat kejiwaan lain yang menonjol pada mayoritas kaum muslimin saat ini adalah merasa sok pintar dlm hal agama. Jika dlm bidang kedokteran misalnya, mereka sangat menghargai spesialisasi profesi, sehingga yang memiliki otoritas utk berbicara masalah penyakit adalah dokter, demikian seterusnya kaidah ini berlaku utk bidang-bidang lainnya, kecuali bidang agama. Dalam bidang agama, dgn berbekal pengetahuan Islam yang ala kadarnya setiap orang sudah merasa cukup & merasa tak perlu belajar lagi utk berani berbicara, berpendirian, bahkan berfatwa. Seolah-olah agama tak memiliki kaidah-kaidah & hukum-hukum yang perlu dipelajari & dikuasai sehingga seorang layak berbicara dgn mengatasnamakan Islam.

4. Meremehkan yang lain. Sifat lain yang muncul sebagai kelanjutan dari rasa sok pintar diatas adalah meremehkan pendapat orang lain. Dengan ringannya seorang yang baru belajar agama di sebuah universitas di Barat berani menyatakan bahwa jilbab adalah sekedar simbol saja bukan suatu kewajiban syar’i, yang dgn “fatwa-prematurnya” ini ia telah berani menafsirkan tanpa kaidah atas ayat al-Qur’an, menta’wil secara bathil hadits-hadits shahih serta membuang sirah nabawiyyah (perjalanan kehidupan Nabi SAW & para sahabatnya) & ijma’ (kesepakatan) fatwa para ulama sedunia, baik salaf (terdahulu) maupun khalaf (kontemporer).


• Adapun secara aktifitas (amaliyyah) beberapa penyakit yang menimpa mayoritas ummat Islam saat ini diantaranya adalah :

1. Sembrono. Dalam aspek aktifitas, maka mayoritas ummat melakukan kegiatan dakwah secara sembrono, tanpa perencanaan & perhitungan yang matang sebagaimana yang mereka lakukan jika mereka mengelola suatu usaha. Akibat aktifitas yang asal jadi ini, maka dampak dari dakwah tersebut kurang atau tak terasa bagi ummat. Kegiatan tabligh, ceramah, perayaan hari-hari besar agama yang dilakukan hanya sekedar menyampaikan, tanpa ada follow up & reevaluasi terhadap hasilnya. Khutbah jum’at hanya sekedar melaksanakan rutinitas tanpa dilakukan pembuatan silabi yang berbobot sehingga jama’ah sebagian besar datang utk tidur daripada mendengarkan isi khutbah. Kegiatan membaca al-Qur’an hanya terbatas kepada menikmati keindahan suara pembacanya, tanpa diiringi dgn keinginan utk menikmati & merenungkan isinya, sehingga disamakan dgn menikmati lagu-lagu & nyanyian belaka.

2. Parsial. Dalam melaksanakan Islam, mayoritas ummat tak berusaha utk mengamalkan keseluruhan kandungan al-Qur’an & as-Sunnah, melainkan lebih memilih kepada bagian-bagian yang sesuai dgn keinginannya & menghindari hal-hal yang tak sesuai dgn hawa nafsunya (QS 2/85). Sehingga seorang sudah dipandang sebagai muslim sejati, hanya dgn indikator melakukan shalat atau puasa saja. Padahal shalat hanya bagian yang sangat kecil saja yang menjadi kewajiban seorang muslim, disamping aturan-aturan lain yang juga wajib dilaksanakan oleh seorang muslim dlm berekonomi, politik, pergaulan, pola pikir, cita-cita, bekerja, dsb. Yang kesemuanya tanpa kecuali akan diminta pertanggungjawaban kita di akhirat kelak (QS 2/208).

3. Tradisional. Islam yang dilaksanakan masih bersifat tradisional, baik dari sisi sarana maupun muatannya. Dari sisi sarana, kaum muslimin belum mampu menggunakan media-media modern secara efektif utk kepentingan dakwah, seperti ceramah dgn simulasi komputer, VCD film-film yang islami, iklan-iklan yang sesuai dgn nilai-nilai Islam, kebanyakan masih mengandalkan kepada cara tradisional seperti ceramah di mesjid, musholla & di lapangan. Sementara dari sisi muatannya, maka isi ceramah yang disampaikan kebanyakan masih bersifat fiqih oriented; masalah-masalah aqidah, ekonomi yang islami, sistem politik yang islami, apalagi masalah-masalah dunia Islam kontemporer sama sekali belum banyak disentuh.

4. Tambal-sulam. Dalam menyelesaikan berbagai persoalan ummat, pendekatan yang dilakukan bersifat tambal sulam & sama sekali tak menyentuh esensi permasalahan yang sebenarnya. Sebagai contoh, mewabahnya AIDS cara mengatasinya sama sekali bertentangan dgn Islam, yaitu dgn membagi-bagi kondom. Seolah-olah lupa atau sengaja melupakan bahwa pangkal sebab dari AIDS adalah melakukan hubungan seks tak dgn pasangan yang sah. Dan cara menanggulanginya adalah dgn memperbaiki muatan pendidikan agama yang diajarkan dari sejak sekolah menengah sampai perguruan tinggi. Demikian pula masalah2 lainnya seperti tawuran pelajar, meningkatnya angka kriminalitas, penyalahgunaan Narkoba, menjamurnya KKN ; kesemuanya berpangkal pada satu sebab yaitu lemahnya pemahaman & kepedulian pemerintah dlm mengajarkan & menerapkan aturan-aturan Islam.

sumber: www.al-ikhwan.net Pengusaha Muslim, Negara Islam,

0 komentar:

Posting Komentar